POSTINGAN 20

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..sesuai janji saya, saya akan memberikan postingan selanjutnya.


''Semoga tidak lama ganti bannya,''gumam ayah yang mulai kuatir. Menurut Pak Etek Gindo, Pondok Madani tidak punya tawar menawar dengan batas waktu pendaftaran murid baru. Kalau terlambat, mohon maaf, ulang lagi tahus depan.

Untunglah Pak Etek Muncak dengan raut muka meyakinkan menjamin bahwa kami akan sampai di penyebrangan ferry Bakauheuni sebelum tengah malam. Badanku pegal dan telapak kakikku bengkak karena terlalu lama duduk. Aku sudah lama menunggu kapan bisa turun dari bus dan naik ferry. Ini akan menjadi pengalaman pertamaku menyebrangi lautan.

''Pegangan yang kuat'' teriak laki laki bercambang lebat dengan seragam kelasi kepada penumpang ferry raksasa yang aku tumpangi. Dari laut yang gulita, deburan demi deburan terus datang menampar badan kapal, bagaibl tidak setuju dengan perjalananku. Lampu ruang penumpang mengeridip setiap goyangan keras dayang. Angin beraiut siutan melontarkan tempias air laut yang terasa asin di mulut. Muka dan bajuki basah.

Aku segera mencekal erat pagar besi dengan tangan kanan. Tapi aku tetap terhuyung kekanan, ketika ombak besar menampar lambung ferry. Mukaku terasa pias karena cemas dan mual. Berkali kali aku berkomat kamit memasang doa, agar laut kembali tenang. Ayah memeluk tiang besi disebelahnya.

''Sebentar lagi kita sampai'' seru ayah mencoba menenangkan sambil menggamit bahuku. Padahal setengah jam yang lalu pelayaran kami mulus, gemercik air yang dibelah haluan terasa menentramkan hati.


Komentar

Postingan Populer