POSTINGAN 26
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Sesuai dengan janji saya saya akan memberikan postingan selanjutnya.
..........Diam diam aku kagum dengan keberanian anak-anak ini.masih sepolos itu, sudah harus berpisah dengan kedua orang tua mereka.
Setengah jam berlalu, bus kamu melambat setelah melewati hamparan sawahhijau yang sangat luas. Angin segar dari jendela yang terbuka meniup niup muka dan rambutku. Sekali kali tampak rumah kayu beratap genteng kecoklatan dan berlantai tanah. Berbeda dengan atap rumah gadang yang menyerupai tanduk dan lancip di kiri dan kanan, atap di sini lancip di tengah. Beberapa rumah sudah berdinding bata merah yang dibiarkan polos terbuka tanpa acian. Kami juga melewati serombongan laki laki dengan ikat kepala hitam memanggul pacul di bahu. Jalan malas malasan. Setiap melangkah, genta di leher sapi ini berbunyi tung...tung...tung....
" Bapak, Ibu dan calon murid. Sebentar lagi kita akan sampai di Pindok Madani. Kami akan membawa Anda semua untuk langsung mendaftar ke bagian penerimaan tamu. Bagi yang akan mendaftar jadi murid baru, batas pendaftaran jam lima tepat sore hari ini. Jangan lupa dengan tas dan bawaan anda semua bawaan Anda", Ismail memberi pengumuman, kembali dengan senyum lebarnya.
Aku dan ayah menarik nafas legak. Kami masih punya waktu untuk mendaftar sesuai waktu, walau perjalanan bus sempat tertahan. Degup jantungku berlomba. Rasanya semua darahku berkumpul di dada dan dlmembeku sesaat. Dua anak yang baru tamat SD tadi tampak agak pucat dan tidak tertawa tawa lagi. Tangan mereka meremas remas kotak kuaci sampai hancur. Raja dan Dul mencondongkan badannya ke depan dengan muka serius.
..........Diam diam aku kagum dengan keberanian anak-anak ini.masih sepolos itu, sudah harus berpisah dengan kedua orang tua mereka.
Setengah jam berlalu, bus kamu melambat setelah melewati hamparan sawahhijau yang sangat luas. Angin segar dari jendela yang terbuka meniup niup muka dan rambutku. Sekali kali tampak rumah kayu beratap genteng kecoklatan dan berlantai tanah. Berbeda dengan atap rumah gadang yang menyerupai tanduk dan lancip di kiri dan kanan, atap di sini lancip di tengah. Beberapa rumah sudah berdinding bata merah yang dibiarkan polos terbuka tanpa acian. Kami juga melewati serombongan laki laki dengan ikat kepala hitam memanggul pacul di bahu. Jalan malas malasan. Setiap melangkah, genta di leher sapi ini berbunyi tung...tung...tung....
" Bapak, Ibu dan calon murid. Sebentar lagi kita akan sampai di Pindok Madani. Kami akan membawa Anda semua untuk langsung mendaftar ke bagian penerimaan tamu. Bagi yang akan mendaftar jadi murid baru, batas pendaftaran jam lima tepat sore hari ini. Jangan lupa dengan tas dan bawaan anda semua bawaan Anda", Ismail memberi pengumuman, kembali dengan senyum lebarnya.
Aku dan ayah menarik nafas legak. Kami masih punya waktu untuk mendaftar sesuai waktu, walau perjalanan bus sempat tertahan. Degup jantungku berlomba. Rasanya semua darahku berkumpul di dada dan dlmembeku sesaat. Dua anak yang baru tamat SD tadi tampak agak pucat dan tidak tertawa tawa lagi. Tangan mereka meremas remas kotak kuaci sampai hancur. Raja dan Dul mencondongkan badannya ke depan dengan muka serius.
Komentar
Posting Komentar