POSTINGAN 9

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sesuai janji saya saya akan memberikan postingan selanjutnya.


Walau berprofesi sebagai guru madrasah beliau pengajar matematika seringkali pendapatnya lain dengan amak. Misalnya ayah percaya untuk berjuang bagi agama, orang tidak harus masuk madrasah. Dia lebih sering menyebut nyebut keteladanan Bung Hata, Bung Sjahrir, Pak Natsir, atau Haji Agus Salim, dibanding Buya Hamka. Padahal latar belakanag religius ayahku tidak kalah kuat. Ayah dari Ayahaku adalah ulama yang terkenal di Minangkabau.

Tapi entah kenapa beliau memilih menonton televisi hari ini dan tidak ikut duduk bersama Amak membicarakan sekolahku. Aku buru buru bangkit dari duduk dan bertanya pada Ayah berita olahraga dari layar televisi. Kacamatanya memantulkan berita olahraga dari layar televisi. Sambil menengadah ke arahku dan mengangkat lensanya sedikit, Ayah menjawab singkat, ''sudahlah, ikuti saja kata amak, itu yang terbaik.''

Aku tanpa pambela. Dengan muka menekur, aku minta izin masuk kamar. Sebelum mereka menyahut, aku telah membanting pintu dan menguncinya. Badan kulempar telentang diatas kasur tipis. Mataku menatap langit langit. Yang kulihat hanya gelap, segulita pikiranku. Diluar terdengar Sazli Rais telah menutup Dunia Dalam Berita


Komentar

Postingan Populer